“iya dek, kaka baru menikahinya kemarin… “
Mungkin binar
mataku ketika menyambutnya setengah jam yang lalu tak cukup kuat membuatnya
mengasihiku. Aku terdiam dengan perasaan tak menentu, mengatupkan gigiku keras2.
Dalam cinta yang
menggebu aku menantimu sejak seminggu yang lalu engkau pamit padaku kak.. kau
bilang ada tugas di ponorogo tetapi sekarang.. jeritku dalam hati.
“dek... “
Ya Alloh. Tangisku
pecah tanpa bisa kucegah, aku tersenyum tanpa berani menghapusnya.
“o ya? Jadi sekarang
kaka mau ke tempat dia?“ serak kubertanya
Ya Alloh.. aku
tidak dapat menerjemahkan ekspresi suamiku lagi.
Tiba2 aku merasa muak, jijik
dan terinjak2..
Kak Bayu masih duduk
di depanku, seolah menunggu reaksiku
“dia...“ tanpa
menjawab pertanyaanku, suamiku itu seakan ingin menjelaskan sesuatu
“sebentar adek
siapkan baju2 kaka dulu ya..“ potongku bergetar dengan tangis masih mengurai
Haqqon! Aku tidak
ingin tau apa-apa tentang perempuan itu, sama sekali.
Terburu2 aku membereskan
barang2 Kak Bayu, memasukkan baju2nya yang kuanggap akan ia pakai ke dalam
kopernya kecuali-tentu saja-baju yang ia pakai ketika malam pertama kami. Aku ingin ia
segera pergi dari rumah ini hingga aku bisa mengadu padaNya..
Seketika bayang
janji2 manisnya dulu teringat jelas bagai slide di hadapanku.
Ya Alloooh..
engkau takdirkan ini apakah karena engkau yakin aku mampu menghadapinya?? Tapi rasanya aku
betul2 tak mampu ya Robb. Aku terlalu mencintai suamiku.. ah, tapi jika ini membuatnya bahagia sharusnya aku rela. Ya.. aku berusaha
berprasangka baik.
Suamiku terus
mengamati gerak gerikku dari atas kasur. Ya Alloh .. mengapa aku jadi merasa ia lemah??
Ah kak Bayu.. Engkau
tak pernah tau... sedari kecil aku memang seperti sudah ditakdirkan menjadi sebatang lilin. Kau tau filosofi lilin kak?? Pengorbanan, menerangi yang
lain dengan membakar diri sendiri. ya ka.. tapi tak apa, aku sudah terbiasa.. Itulah aku.. Nia Rahmawati. Yang sebentar
lagi akan menjadi mantan istrimu. Aku sudah bertekad akan mengurus perceraian
selepas ini. Terbayang rencana2 di benakku, menghubungi pengacara dan ...
“dek.. adek ga pa pa ?? “
Aku terhenyak
mendengar tegurannya. Aku langsung menggeleng cepat dan tersenyum.
Ya Alloh! Sejenak
aku menatap baju2 suamiku, sungguh aku tak sadar telah membasahinya dengan tangis.
Selesai.
Dengan tubuh
mungilku, 2 koper besar siap kugeret ke pintu depan.
Suamiku mengikutiku.
Ia mencoba meraih koper tapi kutepis.. cepat aku membawanya ke pintu. Aku bersyukur
rumah kami tidak terlalu besar sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk
mencapai pintu depan.
“kaka akan segera
pulang dek.. Tolong ma'afkan kaka..“
Aku mengangguk lemah dan mencium tangannya, masih dengan tangis.
Saat dua langkah ia menggeret koper tanpa menoleh lagi aku menutup pintu.
Bergegas kugelar
sajadah di kamar. fikirku, aku masih punya wudLu untuk langsung sholat saja.
Aku tidak sanggup
menahan airmataku.. ia terus meleleh deras, lepas ..
Ya Allooh ...
Sejam kemudian
aku tertidur
*****
Angin berhembus
kencang dari jendela bus Jakarta-semarang. kubiarkan kerudungku terbang ke sana kemari. Pandangan kosongku menyapu
pepohonan di pinggir jalan. hhh, aku tidak tau hendak kemana. Andai aku punya uang
lebih mungkin aku sudah nekad melancong sendirian ke Mesir, hitung2 melupakan kenyataan yang baru kualami. Bahuku melorot.. Ya Allooh, perih sangat bila aku harus kehilangan cintaku.
Ini sudah tahun
ketiga ketika Alloh belum jua mengamanahi aku dan suamiku seorang anak. buah cinta kami. hh, aku tersenyum getir.. cinta yang mana, nia.. cinta siapa.. lagi2 kristal2 bening lolos melewati pipiku. Semestinya aku sadar bahwa seorang wanita yang tak jua mampu memberikan keturunan itu tak pantas dicintai. Ini memang kekuranganku. Wajar
bila Kak Bayu mencari wanita penggantimu, nia .. kamu bukan yang terbaik.. aku kembali menyalahkan diri
sendiri.
Aku menghela nafas berat, diam2 tanpa sepengetahuan suamiku aku telah berobat ke sana kemari dengan uang hasil pinjaman budheku.. belum ada hasil.. dan aku tidak tau ada apa dengan rahimku.. ya sudahlah..
Seorang ibu yang duduk tak jauh di kursi depanku mengangguk seraya tersenyum padaku, aku tergagap kemudian balas mengangguk. Nia, dia bisa menganggapmu gila karena kau menangis sendiri, kuat nia! kuat..
Aku menekuri
lantai bus lantas beralih menatap layar ponselku, hitam. Sengaja kunonaktifkan
ponselku sampai waktu yang tak kutahu kapan.
"Kaka.. sejujurnya adek kangen kaka.. " gumamku pelan.
Aku menggeleng, dia sudah bukan milikmu lagi nia .. . entah keyakinan darimana yg membisikiku. Aku menegakkan sandaran kursi dan menghapus air mataku untuk yang terakhir kali..
To be continue
............................................................................................................
subhanallohh,,,,
BalasHapussungguh sungguh mengharukan.
Subhanallah, jd penasaran dngn klanjutan ceritanya. . . .
BalasHapus