Bila rasa tak lagi bisa ku peram . . Bila maksud tak lagi mampu ku peta . . Bila desakan tak lagi dapat ku jeda . .

Kamis, 18 Agustus 2011

Mahmud Sami al Barudi

Dalam perjalanan sejarahnya, sastra Arab tidak timbul sekaligus dalam bentuknya yang sempurna. Akan tetapi sastra Arab mengalami perkembangan-perkembangannya secara sedikit demi sedikit dengan adanya inovasi-inovasi dalam setiap fase perkembangan yang dilaluinya. Adapun fase sejarah perkembangan sastra Arab dibagi menjadi masa jahiliyah, masa shadr al-Islam, Abbasiyyah, Turki Usmani dan masa modern. Dalam setiap periode perkembangan tersebut, sastra Arab mengalami inovasi yang membedakannya dengan periode lainnya. Pada fase modern khususnya, ternyata sastra Arab memiliki berbagai aliran sastra yang muncul silih berganti, baik karena motivasi kritikan terhadap model sastra yang muncul sebelumnya maupun karena untuk menyempurnakan aliran lainnya yang muncul dalam kurun waktu yang sama. Aliran-aliran sastra Arab yang mengemuka di masa modern tersebut adalah al-Muhāfizūn (Neo-Klasik), ad-Diwān, Apollo, Romantisme. Simbolisme dan yang terakhir adalah Hadītsah (modern). Permulaan fase modern dalam sejarah sastra Arab dimulai sejak pemerintahan Muhammad Ali di Mesir setelah hengkangnya Prancis yang cukup lama menganeksasi negeri piramida ini pada tahun 1801 atau sering disebut sebagai masa kebangkitan kedua sastra Arab. Meskipun secara umum tujuan penggubahan puisi pada masa ini masih sama seperti pada masa-masa sebelumnya yang masih berkaitan dengan pujian, membangkitkan semangat, kebanggaan, perumpamaan-perumpamaan dan mensifati sesuatu, akan tetapi telah mulai terbebas dari mengikuti metode penggubahan puisi yang terdapat pada masa Abbasiyah yang berlangsung dalam masa selama 60 tahun. Sejak permulaan abad ke-20 secara berangsur-angsur tema-tema yang sudah mendarah daging dalam sastra Arab di atas mulai ditinggalkan dan para sastrawan Arab mulai beralih pada tema-tema yang aktual dan relevan dengan kondisi terkini, seperti nasionalisme, humanisme dan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Arab akibat adanya imperialisme yang membuat bentuk puisi Arab pun berubah menjadi berbentuk mursal dan bebas. Aliran – aliran yang muncul di masa modern yang perlu mendapat perhatian dan memiliki arti penting dalam khazanah sastra Arab modern adalah ghazal, pujian, ratapan, hikmah. Kemudian, terdapat tiga tema baru di zaman modern ini yang kesemuanya digubah oleh sastrawan Mahmud Sami al Barudi yakni tema politik, patriotic dan gambaran. Karya-karya peninggalannya menjadi pengusung karakteristik sastra Arab bebas yang mengemuka dalam aliran sastra Arab zaman modern ini.
Kesimpulan
- Zaman modern adalah zaman yang melahirkan banyak penyair-penyair kreatif.
- Diantaranya adalah Mahmud Sami al Barudi, yang memiliki kekhasan dengan latar belakang ketentaraan yang sifatnya sangat bertolak dari sastra tetapi karya-karya beliau tetap memukau pencinta sastra. Hal ini terjadi karena beliau terpengaruh oleh karya sastra klasik yang banyak dihafalnya.
- Aliran yang beliau pakai adalah klasik yang banyak disertai pembaharuan. Sedangkan tema-tema yang beliau gunakan yaitu, ghazal, pujian, ratapan, hikmah, politik, patriotik dan gambaran.
- Karya-karya yang beliau tinggalkan menjadi pelopor puisi modern di antaranya, antologi puisi yang diterbitkan oleh istrinya saat beliau dibuang di Sri Lanka, koleksi puisi yang terdiri dari empat jilid dan koleksi prosa-prosa yang diberi nama Qayd al awabid.

DAFTAR PUSTAKA

§  Khalid, Osman. 1997. Kesusasteraan Arab Zaman Abbasiah, Andalusia dan Zaman Modern (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar