Bila rasa tak lagi bisa ku peram . . Bila maksud tak lagi mampu ku peta . . Bila desakan tak lagi dapat ku jeda . .

Senin, 27 Desember 2010

Terjemahan Cerpen Naguib Mahfuzh

العبرات
كنت أغبط نفسي على التجلد و الصبر ، واحسبني قادرا علي الإستمساك في كل رزء مهما جل شأنه، و عظم وقته ، فلما مات ((مصطفى كامل)) علمت ان من الرزايا ما لا يطاق احتماله ، و لا يستطاع تجرعه.
كل يوم نرى الموت ، ولا نزال نعد الموت غريبا، هيهات . لا غرابة فى الموت ، و لكن الغريب موت الرجل الغريب
كل يوم تمر بنا قوافل الموتى فلا نأبه لها، و اكبر نصيبها منا الحوقلة و الاسترجاع ، فلما مرت قافلة ((مصطفى كامل)) دهشنا و جزعنا ، لانه كان غريبا في حياته، فأحرى ان يكون غريبا في مماته.
مات ((مصطفى كامل)) فعرفنا الموت ، وما كنا نعرفه قبل ذلك، لاننا ما كنا نرى الا أمواتا ينقلون من ظهر الارض الى بطنها، أما ((مصطفى كامل)) فكان حيا حياة حقيقية ، فكان موته كذلك
لا يحسب الكاتبون أنهم صنعوا شيئا . إذا بذلوا لذلك الرجل العظيم قطرة من المداد ، ولا الباكون أنهم أبلوا بلاء حسنا إذا بذلوا له قطرة من الدمع , فإنه كان يبذل لهم ماء حياته قطرة فقطرة حتى أفناه، و مضى لسبيله و شتان ما بين صنيعهم و صنيعه .
اين قطرات الدموع التي يريح بها الباكون أنفسهم ، او قطرات المداد التى يرصع بها الكتاب بياض صحائفهم ، من قطرات الحياة التي
أراقها، ((مصطفى كامل)) فى سبيل وطنه و أمته ؟
كان ((مصطفى كامل)) سراجا كبير الشعلة ، و كل سراج تكبر شعلته يفرغ زيته وشيكا ، و تحترق ذبالته ، فينطفئ نوره.
كان ((مصطفى كامل)) نشيطا سريع الحركة فقطع جسر الحياة فى لحظة واحدة
كان الوطنيون قبل اليوم يتكلمون ، فلما صاح ((مصطفى كامل)) و أسمع فى صياحه عرفوا ان آذان السياسة لا يخترقها الا الصوت الجهوري ، ولو لاه ما كانوا يعرفون أعلم الناس
كان الوطنيون يحتقرون أنفسهم و يسيئون الظن به، فلا يصدقون ان تربة مصر تنبت أمثال ((فولتير)) وهو جو، وغاربا لدى ، وواشنطون، فلما نبغ بينهم ((مصطفى كامل)) عرفوا ان تربة الشرق لا تختلف كثيرا عن تربة الغرب لو تعهدها الزارعون.
كن لمصطفى كامل أنامل أشبه شيئ بريشة الموسيقار يضرب بها على اوتار القلوب، وكأنما كان بينه و بينها سلك كهربائي، فهي تتحرك بحركته و تسكن بسكونه.
ما كان ((مصطفى كامل)) أذكى الناس، ولا أعلم الناس، ولا أعقل الناس ولكنه كان اشجع الناس.
كان يفكر فيقتنع فيصمم فيمضي فلا ينثني حتلى الموت,كان يخطئ أحيانا فى إتخاذ ا لوسائل إلى آمله,ولكنه كان إتخذها لا يتمهل ريثما يتبين أي طريق يأخذ,ولا أي مسلك يسلك,مخافة أن يفتر همته بين الأخذ والرد,فيكون خطؤه في تردده أكثر من خطئه في جهاده.
كان له مناسفون يرمونه باالخفة والطيش ويقولون له: إنك مخطئ أو مضر,اوغير محسن,أو غير عظيم, فما كان يصدق من ذالك شيئا كأنما كان ينظر بعين الغيب إلى هذا اليوم الذي إتفق فيه أصدقاؤه و أعداؤه, و خصومه و أولياؤه, على أنه رجل عظيم.
ما كان ((مصطفى كامل)) من الأغنياء, و لا من ببت الملك, وما كان آمرا ولا نا هيا. ولا رافعا ولا خافضا. ولكنه لقي من إجلال الناس لموته وإعظامهم لمصيبته..ما لم يلق واحد من هؤلاء, ولا فضل لهم في ذالك عليه, فهو الذي علّمهم كيف يحترمون العقول, ويجلّون المناقب والمزايا.
فياأيها القارئ الكريم: إن كان لك ولد تحب أن تجعله رجلا فاجعل بين يديه حياة ((مصطفى كامل)) ليتعلم منها الشجاعة ولإقدام.
وياأيها المصرى: كن أحرص الناس علىوطنيّتك.. ولا تبغ بها بدلا من عرض الدنيا وزخرفها..فإنك إن فعلت كنت (( مصطفى كامل))
وياأيها الإنسان: أقدم على عظائم الأمور, ولا تلتفت يمينة ولا يسرة واخترق بسيف شجاعتك صفوف المترضين والناقمين والهازئين والساخرين فإنهم سيعترفون بفضلك, ويسونك عظيما كما سموا (( مصطفى كامل )).
ويا أيها الراحل المودع : إن بين جنبي لوعة تعتلج لفراقك لا أعرف سبيلا إلى التعبير عنها إلا القلم.
وهأنذا أعالج القلم علاجا شديدا على أن يساعفني بحاجتي, و أقلبه ظهرا لبطن, و أكثر من استمداده, و أضغط به على القرطاس ضغطا شديدا, فلا أراه يغني عني شيئا.
خطر لي أن الحزن سويداء القلب, و أنه بعيد الغور ولا تبلغه هذه الأداة القصيرة التي في يدي,فاستبدلت بها أداة أطول منها, فكان حكمها حكم سابقتها.
إذن كيف أعبر عن وجدي أيها الفقيد الكريم, وقد خرس القلم وعي اللسان؟
الآن عرفت السبيل ووصلت الى ما أريد.
أنت الآن في عالم الأرواح..وقد انكشف لك كل شيئ من أسرار النفوس ودخائل القلوب, ولا بدّ أن يكون قد انكشف لك مايكن قلبي
من الوجد عليك..والأسف على فراقك..فما حاجتي بعد ذلك إلى ترجمة القلم أو تعبير اللسان.
أيها الرجال المودع : طبت حيا و ميتا, خدمت أمتك في حياتك و بعد مماتك, ولو لا حياتك ما نمت العاطفة الوطنيّة في نفوس المصريين, ولو لا مماتك ما عرف العالم أجمع أن الأمة المصرية على اختلاف مشاربها ومذاهبها تجمعها كلمة واحدة هي حب الوطن و حب رجاله العاملين.

Air Mata
Aku memompa diriku untuk kuat dan sabar, dan agar bertahan pada setiap musibah bagaimanapun keadaannya, kapanpun beratnya, ketika ((Mushtofa Kamil)) meninggal dunia aku mengetahui beban-beban dari hal itu yang tidak tertahankan tanggungan dan tidak pula pahitnya.
Setiap hari kami melihat kematian, masih tak terhitung jumlah kematian yang aneh, aduhai ! tidak ada keanehan dalam kematian, akan tetapi keanehan adalah dengan kematian lelaki yang aneh.
Setiap hari iring-iringan kematian melewati kami dan seringkali kami tidak memperdulikannya, walaupun banyak dari kami yang mengucap tawakkal dan kalimat istirja’, ketika iringan ((Mushtofa Kamil)) melewati kami, kami terguncang dan sangat sedih karena dia adalah seorang lelaki yang aneh semasa hidupnya maka pantaslah dia menjadi aneh pada saat kematiannya.
((Mushtofa Kamil)) meninggal dunia, kami mengetahui kematiannya, sedang kami tidak mengetahui ada kematian seperti kematiannya sebelum ini karena sebelumnya yang kami tahu bahwa orang-orang yang mati hanya berpindah dari permukaan bumi ke dalam perut bumi. Adapun ((Mushtofa Kamil)) hidupnya adalah kehidupan yang sebenarnya, kematiannya pun juga seperti itu.
Tidaklah para penulis menyangka bahwa mereka telah membuat sesuatu bila mencurahkan setetes tinta untuk lelaki agung tersebut, tidak pula bagi orang-orang yang menangis bahwa bila mereka memberikan pemberian yang baik bila mencurahkan tetesan air mata mereka untuknya, karena sesungguhnya Mushtofa Kamil telah memcurahkan mata air hidupnya tetes demi tetes untuk mereka semua hingga mata air yang dimilikinya habis dan dia melaluinya hingga berhenti pada jalan tersebut (dengan kematiannya). Alangkah berbeda apa yang mereka perbuat dengan yang dia buat.
Mana tetesan-tetesan air mata orang-orang menangis yang hanya menenangkan diri mereka sendiri (dengan tangisan itu) atau tetesan-tetesan tinta yang dengannya para penulis menorahkannya di kertas putih mereka dengan tetesan-tetesan kehidupan yang ((Mushtofa Kamil)) tumpahkan di jalan negara dan umatnya ?
((Mushtofa Kamil)) adalah pelita yang besar pancaran cahayanya, tiap pelita yang besar cahayanya akan habis minyaknya, hampir habis, terbakar sumbunya lalu mati apinya.
((Mushtofa Kamil)) seorang yang rajin lagi gesit maka dia dapat memangkas jembatan kehidupan sebentar saja.
Sebelumnya, saat rakyat-rakyat berbicara, ketika ((Mushtofa Kamil)) angkat bicara mereka mendengarkan seruannya, mereka mengetahui telinga-telinga politik tidak akan tembus kecuali dengan suara yang jelas, jika bukan karena dia maka mereka tidakakan mengetahuinya.
Rakyat-rakyat itu mengejek diri mereka sendiri serta menjelek-jelekkan prasangka mereka, mereka tidak percaya bahwa tanah Mesir menumbuhkan tokoh-tokoh seperti ((folter, wa huwa jaw, seorang yang ghoriban laday, wasyintun)) maka ketika ((Mushtofa Kamil)) tumbuh diantara mereka mereka mengetahui bahwa tanah timur tidak banyak berbeda dengan tanah barat walaupun berbeda penanamnya.
((Mushtofa Kamil)) memiliki ujung jari menyerupai bulu pena musisi yang dengannya string dipetik, seolah-olah antaranya dan antara senar tersebut terdapat aliran listrik yang bergerak dengan gerakannya dan tenang dengan ketenangannya.
((Mushtofa Kamil)) bukanlah manusia yang paling cerdas, bukan manusia yang paling tahu, bukan manusia yang paling berakal akan tetapi dia adalah manusia yang paling berani.
Dia berfikir kemudian dia yakin dia bertekad kuat dan tidak bergeming terhadap hal yang sudah dia tekadkan sampai mati, terkadang dia salah juga dalam menempuh sarana-sarana dalam menuju angannya, akan tetapi jika dia mengambil sarana-sarana tersebut dia tidak lambat sampai menemukan cara untuk diambil, tidak pula jalan untuk dijalani, takut ragu antara mengambil dan menerima, keraguan dia lebih banyak dari kesungguhannya.
Lawan-lawannya menuduhnya dengan ringan dan kasar mereka mengatakan tentangnya : bahwa dia salah, berbahaya, tidak baik, tidak mulia, dia tidak membenarkan ungkapan mereka sedikitpun seolah-olah dia melihat keadaan hari ini dengan indra keenam yang teman-teman, musuh-musuhnya, lawan-lawan, sekutu-sekutunya sepakat bahwa dia seorang lelaki yang mulia.
((Mushtofa Kamil)) bukanlah orang kaya, bukan keturunan raja-raja, bukan seorang penyuruh dan pelarang, bukan yang menaikkan dan menurunkan. Akan tetapi, dia mendapatkan kehormatan manusia pada kematiannya dan pengagungan mereka pada musibahnya...yang seorangpun dari mereka tidak mendapatkannya, dalam keutamaanpun, dia yang mengajarkan mereka bagaimana menghormati orang yang berakal dan mengagungkan kebajikan-kebajikan dan kelebihan-kelebihan.
Pembaca yang budiman : jika engkau memiliki anak yang engkau ingin dia menjadi “orang” maka jadikanlah di hadapannya kehidupan ((Mushtofa Kamil)) agar anakmu belajar keberanian dan kemajuan.
Wahai orang-orang Mesir : jadilah manusia yang paling bersungguh-sungguh terhadap negaramu, dan jangan mencari ganti lain dari dunia dan perhiasannya...jika engkau lakukan pesan ini engkau akan menjadi seorang ((Mushtofa Kamil))
Wahai manusia : majulah atas perkara-perkara besar, jangan menengok kanan kiri dan tusukkanlah pedang keberanianmu pada barisan orang-orang penentang dan penyiksa, orang-orang yang cepat puas dan sinis karena mereka akan mengakui keutamaanmu, akan menyebutmu mulia sebagaimana mereka menyebut ((Mushtofa Kamil))
Wahai pengembara yang meninggalkan (tanah kelahirannya) : bahwa antara dua sisi penderitaaan untuk mengobati perpisahan denganmu saya tidak mengetahui jalan untuk mengungkapkannya kecuali dengan pena.
Aku akan mengobati pena dengan serius agar meringankan kebutuhanku, aku memunggunginya untuk menghadapinya, dan lebih banyak mengambil tintanya, dan aku menekannya kuat di atas kertas, sedang aku tidak melihatnya bernyanyi untukku sedikitpun.
Terpikir olehku bahwa kesedihan memelankoliskan hati, bahwa dia jauh di tanah rendah dan perkakas pendek ini tidak sampai di tanganku, maka aku menggantinya dengan alat-alat yang lebih panjang dari itu, adalah hukumnya hukum pendahulunya.
Kalau begitu, bagaimana aku mengekspresikan kemuliaanku wahai oang mulia yang telah berpulang, jika pena telah bisu dan lisan telah berkumpul?
Sekarang aku tahu jalannya dan aku telah sampai pada apa yang aku inginkan
Engkau sekarang di dunia arwah..telah tersingkap di hadapmu segala sesuatu tentang rahasia-rahasia jiwa dan isi-isi hati, harusnya tersingkap pula apa yang ada di hatiku berkenaan kemuliaan atasmu.. kesedihan atas perpisahan denganmu..tidak ada yang aku butuhkan setelahnya kecuali penerjemahan pena atau pengungkapan lisan.
Wahai pengembara yang meninggalkan : engkau beruntung saat hidup dan mati, engkau telah membantu ummatmu di kehidupanmu setelah kematianmu, jika tidak karena kehidupanmu engkau tidak menumbuhkan kepekaan nasional di jiwa-jiwa orang Mesir, jika tidak karena kematianmu dunia tidak tahu bahwa bangsa Mesir dengan perbedaan ruang dan madzhabnya akan berkumpul menjadi satu kesatuan yaitu dengan cinta tanah air dan mencintai rakyat-rakyatnya yang pekerja.

2 komentar:

  1. Assalamualaylum kak.. adakah cp yg bisa dihubungi? Mohon ya kak, terimakasih 🙏

    BalasHapus
  2. kak apakah ada cerpen karya kahlil gibran beserta arabnya ,?

    BalasHapus